Malam 05-10-2013

                Tadinya aku dengan niat ingin belajar mengaji di ustad.,. sesampai di sana, gus hasan memimpin membaca yassin untuk abuya dan di lanjutkan dengan kirim alfatihah, setelah menunggu teryata ustad tidak datang, ustad sedang tindak’an keluar, langsung saja di lanjutkan dengan mahalul qiyam,. Alloh kenapa aku saat itu, serasa dada ini terlalu kencang berdegub, terlalu bunca rindu ini denganya. Tak kuasa ku tahan air mata ini, aku tak bisa berkata, apalagi untuk ikut melantunkan. Jiwa ini terlalu gemetar. Ah sulit ku gambarkan perasaanku saat itu, sungguh aku luruh larut dalam anganan cinta dan rindumu muh,.  
                Serasa diri ini cumpang camping, hati terasa tercabik cabik, biarpun mereka melihat atau beranggapan lain denganku, yang pasti ini bukan permasalahan diri tapi permasalahan hati, setelah selesai mahalul qiyam itu, aku mencoba untuk menenangkan diriku, akan tetapi terasa sulit bagiku, aku biarkan dulu rindu ini membumbu,. Setelah diri bisa terkendali, aku pun menenangkan diriku. Menyepi aku di lorong antara tembok masjid,. Memang aku kelihatan mulai tenang, tapi asal kau tahu dada ini masih membara merah.
                Temanku menghampiriku, memberikan kitab yang aku pesan, setelah itu aku tanyakan dengan dia, jadi ngaji apa nggak, dia bilang libur dulu dia beralasan dia ada acara, pada hal dia melihat diriku itu dengan keadaanku ini yang tak memungkinkan, setelah berjanjian besoknya kalau aku ke sini lagi, lantas aku pun pulang.
Sesampai di rumah dengan kepala yang begitu berat sakit, entah mungkin efek dari tadi, aku mencoba menenangkan hatiku. Aku sapa mb’ sayyidah nurul latifah yang sebelumnya memang dia sudah sms aku, dan sekarang aku lanjutkan lagi, aku sapa dia,. Setelah saling smsan,.. lama,. Dan waktu menunjukan jam 10 lebih lantas aku pun bikin kopi, setelah smsku yang terakhir tidak dia balas, lantas aku tinggal browsing sebentar, laptop masih menyala, kopi pun masih membara panas, dada pun ikut membara merah, mata ini masih berkaca kaca, kepala ini sakit, aku ambil saja tasbihku ku utarakan salam dan sholawat kepadamu dengan berharap engkau hadir di mimpiku, sebagai obat kegilaanku ini. Dan aku pun tertidur, 1 jam lebih, jam 12 aku bangun, kopi yang tadinya panas kini pun dingin, langsung saja aku minum kopiku, tapi aku masih tidak kuat dengan tekanan yang ada di dalam tubuhku ini, langsung saja lptop aku matikan, lampu aku matikan,. Langsung tidur saja aku, berharap besoknya tenang, kalau aku tetap terjaga maka aku akan tersiksa terus,. Mangkanya aku buat tidur saja.
                Dan biarlah aku tak berkata, biarlah air mata ini yang menjawabnya dan kau pasti sudah tahu dengan semua ini
Malam itu benar benar malam cinta, aku pun tak akan melupakannya, maka aku tulis saja cerita ini,. Tentang Kau duhai habibi, tentang kau Sayyidah Nurul.. aku cinta engkau :’( 


Tentang kamu

Kalau aku sedang membaca sirah perjalananmu, tentang hidupmu tentang akhlakmu, tentang kau itu cinta,.  Cinta padamu adalah cinta sejati, cinta yang sesungguhnya, dan sulit untuk di gambarkan, kau itu sangat berpengaruh dalam hidupku. Begitu banyak kejadian yang sangat mengharuhkan di kehidupanmu dan para sahabatmu,. Tapi hasil dari semua itu kau telah menulis dengan tinta emas di dunia ini,. Dan saat yang begitu mengharukan hingga aku tak kuasa untuk mendengarnya atau pun membacanya adalah, saat wafatnya engkau,. Saat saat kata kata terakhirmu, saat saat pembicaraanmu dengan malaikat dan para sahabat tentang setelah engkau wafat, saat pesan terakhir yang begitu terngiang di telinga kaum muslimin saat itu.
Sungguh sedih, aku pun tak kuasa menulis ini semua, aku gak bisaaa….. sangat sulit,.. Biarlah air mata sebagai tanda atas semuanya, biarlah air mata yang menjawabnya,.. :’(
 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda, Semoga Bermanfaat.. :) :D

Allah Karim

Asma ul Khusna

Diberdayakan oleh Blogger.

Postingan

Perangai

Sepercik Pemikiran

Jabir bin Samurah meriwayatkan, Betis Rasulullah kecil dan lembut (sesuai dengan postur tubuh beliau) Tawa Rasulullah adalah senyuman. Ketika saya memandang beliau, saya dapat menyatakan, ‘Kedua mata beliau sangat hitam, namun bukan disebabkan oleh celak’ (HR Tirmidzi, Ahmad dan Hakim)
Abdullah bin Harits bin Jaza’ meriwayatkan, Saya tidak pernah melihat seseorang yang lebih sering tersenyum daripada Rasulullah. (HR Tirmidzi dan Ahmad)
Allohumma Sholli Wa Sallim Wabarik Alaih