Menjadi hadad alwi

 ini ceritaku, tahu nggak kalau aku itu pernah.
Menjadi hadad alwi
Dulu waktu di era tahun 97 an ke atas sampai awal tahun 2000 an, yah,. Waktu itu aku masih sekolah madrasah , dan kala itu lagi boomingnya atau yang tenar adalah sholawatan hadad alwi dengan sulis, siapa yang tak kenal dengan hadad alwi dan sulis dengan grup selawat Cinta Rasul kala itu. Waktu itu aku sedang menuntut ilmu mengaji di TPQ Al haidaroh suatu lembaga pendidikan islam yang ada di desaku sendiri.
Sudah menjadi acara rutinan setiap tahun atau setiap saat kalau ada panggung acara apapun itu, Tpq ini menyumbangkan santrinya untuk entah apa itu baca puisi, tari tarian atau pun sholawatan. Ya pas kapan itu, aku lupa akan tahunnya. setelah dapat informasi kabar kalau sebentar lagi di desa kami ada acara music orkes yang bertempat di embong/tangkis/tanggul bengawan solo, ya memang acara ini bukanlah acara orang lain atau pun upaya warga desa kami, akan tetapi ada seorang penyokong atau pemilik suatu grup orkes music itu yang kebetulan adalah warga desa kami yaitu bpk H suyoto,
Kabar itu semakin ramai dan buming di kalangan warga kalau aka nada acara music, dan akhirnya terdengar oleh pengurus tpq, dan akhirnya waktu sebulan sebelum acara di mulai, kami pun di sarankan agar menyumbang sholawatan, da dig dug saat itu, aku taku kalau aku terpilih menjadi vocal, eh perasaan itu malah menjadi kenyataan, ya lalu pengurus mengikuti tren yang sedang tenar saat itu pas yang tenar adalah Hadad alwi dan sulis dan a rofiq langitan, ya aku pun di pilih menjadi vokalis sholawatan, dan aku menjadi hadad alwi dan berduet di temani uul sebagai sulis nya, dan saatnya penentuan lagu dan waktu latihanya, lagu yang di bawakan adalah selawat yang sedang sebagai treck utama yang tenar, ya akhirnya lagu dengan judul Ummi atau yang artinya IBU, di pilih menjadi lagu pertama, dan lagu keduanya adalah milik langitan yang sedang tenar juga yaitu judulnya Al qolbul mutayyam. Dan masih banyak lagi yang akan di bawakan seperti ya thoiba, salamun salamun dan lainya.
Waktu penentuan jadual latihan, saat itu di rundingkan waktu yang pas untuk latihan, teryata di pilih watu setelah kegiatan diniya belajar mengaji/selesai mengaji di tpq. Ya saat itu kami memang masih kecil dan sangat suka bermain main, apalagi main sepak bola, pada awal latihan kami masih merasa canggung dan kaku, serta gerakan tari tarianya masih amburadul. Latihanya setelah sholat ashar ya sekitar jam setengah empat sampai jam setengah lima. Aku masih ingat sekali, waktu dulu kami latihan kami selalu di jemput teman teman untuk di ajak main sepak bola, ya nama anak kecil, ya jadinya kadang saat mau latihan kita kabur, kadang kitra ngumpet di mana itu, kami pun berkejar krjaran dengan guru guru di tpq itu, memang dulu itu kami sangat bandel suka main main. Ya singkat cerita, latihan pun terus berlanjut dan lancar. Hingga pada hari H tiba.
Sore sebelum malamnya kami tampil, kami pun sempat bermain main di panggung, melihat di sekitarnya panggung.  Hingga malam tiba setelah sholat magrib kita di suruh kumpul di rumahnya ibu al qoma, kami di rias bak seperti orang arab, aku sebagai vokalis di permak dengan jubah panjang, dengan imamah sorban melingkar di kepala, dengan tebalnya bedak yang bertabur di wajah, dan lagi kami di pakaikan lipstick lagi, waduh kami merasa malu, tegang, keringat dingin, nderedeg, rasanya tak karuan. Doa doa pun terus berkomat kamit lirih terus di mulutku, berharap agaknya bias sedikit meredahkan rasa ketegangan itu, akan tetapi semua itu tak bisa, malah rasa canggung itu semakin menjadi jadi hingga aku hamper saja down mentalku. Jemputan pun dating dengan kabar bahwa waktunya sebentar lagi kami naik ke panggung. Kami pun berangkat dari rumahnya bu’ al qomah menuju panggung yang berada di samping tangkis yang sekarang menjadi kantor koranmil. Jalan pun aku menunduk tak berani mendongakkan wajah, ya rasa malu begitu terasa sangat.
Sesampai di depan panggung, aku lihat emak bapak dan adiku lihat di depan panggung paling depan, dengan lesehan. Aku dan teman teman pun menuju samping panggung, di situ aku di gendong di naikkan sama kak wan erwan untuk naik kepanggung, dan lagi temanku eksan, pitra dan lainya, meledekku dari atas tangkis, wah malunya itu. Dan waktu ku memulai, aku dengan uul di paling depan, dan teman teman lainya di belakangku untuk tari tarian. Sambil melakukan gerakan dan memegang mic sambil melantunkan selawatnya aku terus menunduk kebawah terus, tak berani mengangkat kepalaku untuk melihat kedepan, rasanya malu campur tegang tak karuan bagaimana tidak ratusan pasang mata, bahkan hitungan ribu mungkin, mereka sedang memperhatikanku. Ya di sela sela saat menyanyinya itu, aku pun di foto, ya untuk melihatkan hasil yang bagus, saat di foto ku beranikan sebentar untuk mengangkat kepalaku, setelah selesai di foto aku pun menunduk lagi.
Sesi acara tampilku pun selesai, aku pun turun dan gabung dengan keluargaku yang berada di bawah panggung untuk melihat acara music itu, acarahnya meriah. Hingga waktu berjalan normal dan kembali kegiatan seperti yang ada di tpq lagi. Dan di waktu yang lain saat di lapangan pangean ada acara panggung, entah acara apa pada saat itu, tpq kami pun di undang untuk tampil di sana. Sore itu kami harus berhias mek up lagi sebelum mobil jemputan datang menjemput kami dan membawa kami ke tempat panggung hiburan itu. Dan mobil itu sudah dating, kami pun di berangkatkan ke tempat tujuan sesampai di situ kami di kumpulkan di belakang panggung untuk bersiap, waduh di situ aku sangat malu sekali, bagaimana tidak di situ ku jumpa teman temanku sekolah di madarasah, kami mulai tampil, ya pada saat itu sound system nya adalah orang desa kami kak imron, aku mulai menyanyi susunan dan lagu serta tarianya sama persis seperti pada saat kami tampilkan di panggung desa kami.
Alhamdulillah semua berjalan lancar, pada saat itu jam setengah dua belas, kami sudah di suruh naik mobil jemputan untuk mengatarkan kami kembali ke desa kami, akan tetapi aku di jemput bapak dengan sepeda motor. Sesampai di rumah aku pun makan setelah itu tidur, paginya aku berangkat sekolah di madrasah hayatul ulum, di sana aku di ledekin teman teman, mereka bilang aku mirip hadad alwi, aku yang jadi hadad alwi dan celotehan celotehan hinaan yang lainya, aku pun tak ambil pusing, ku tinggalkan saja mereka, lama kelamaan mereka juga pasti akan lupa dan tak meledekku lagi. Yang itu lah kisahku saat menjadi hadad alwi.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda, Semoga Bermanfaat.. :) :D

Allah Karim

Asma ul Khusna

Diberdayakan oleh Blogger.

Postingan

Perangai

Sepercik Pemikiran

Jabir bin Samurah meriwayatkan, Betis Rasulullah kecil dan lembut (sesuai dengan postur tubuh beliau) Tawa Rasulullah adalah senyuman. Ketika saya memandang beliau, saya dapat menyatakan, ‘Kedua mata beliau sangat hitam, namun bukan disebabkan oleh celak’ (HR Tirmidzi, Ahmad dan Hakim)
Abdullah bin Harits bin Jaza’ meriwayatkan, Saya tidak pernah melihat seseorang yang lebih sering tersenyum daripada Rasulullah. (HR Tirmidzi dan Ahmad)
Allohumma Sholli Wa Sallim Wabarik Alaih