Belajar menulis dan membaca

                Keinginan belajar yang kuat seakkan mendorongku kepada keinginan untuk bisa, belajar menulis dan membaca itu sudah biasa kalau pakai bahasa indonesia, kali ini aku belajar menulis dan membaca dengan bahasa arab,. Telah lama aku kira keinginanku ini,. Telah lama pula aku berdo’a agar bisa belajar menulis dan membaca, aku punya teman yang ada di pondok aku terasa dekat dengan dia, seperti  bersaudara aku rasa, sering dia berkata dolano rene po’o nang pondok. Aku isin hap, sambil senyum J
                Di suatu saat dia menawari aku untuk belajar dan menulis bahasa arab,  waahh., tawaran ini sangat menyenangkan bagiku, inilah yang selama ini aku tunggu setelah lama berdo’a agar di lancarkan jalanku, tapi aku malu hap,. Aku kan wes tuwek jadine isin,.. jawabku, dia jawab gak po po,.. engko tak ulangi sampek iso, sejenak aku berfikir,. Wah ini kesempatan besar bagiku aku gak mau menyia nyiakan kesempatan ini. Aku bertekad melawan rasa malu, dan rasa ingin bisa ini selalu menggebu,. Iya hap… aku njaluk ulangi, tapi di ulangi nang nduwur tingkat masjid yo, utowo nang kantor Tpq,.
                Dalam fikiranku, aku ini jujur aku akui bodoh, tapi aku ingin belajar, aku mau belajar, dan semangat belajar ini selalu menggebu di dada, setelah berjuanjian menentukan waktu yang pas untuk memulai belajar, malam sabtu waktunya ngaji ustad, aku pun berangkat kesana, ikut ngaji, ternyata aku di sana terasa nyaman tentram, dan rasa ingin belajar ini terus membuncah,. Setelah selesai ngaji dan bersalaman dengan ustad,. Aku temuin temanku itu,.. syihab, ayo aku mau belajar, aku tunggu di lantai atas ya,., oh iya, tungguo nang atas, engko aku runu aku tak njupuk kitab disek, iya kalo gitu.
                Belajar pun di mulai, tanpa rasa malu dengan temanku, padahal aku lebih tua dari pada dia, tapi gak pa pa,.. begitu terasa kaku di jari jari ini, begitu terasa kaku di mulut mulut ini,. Eh di tengah tengah waktu belajar,. Teryata banyak teman pondok yang lihat, apalagi dia yang masih kecil yang umurnya jauh dari saya,. Sambil senyum aku bilang, eh ojok di delok reg aku isin, hehehe.,., aku belajar iki,. Terus arek arek e podo mire kabeh, mulai berkenalan dengan huruf huruf hijaiyah yang di gunakan untuk pego, dan di lanjutkan dengan belajar menulis pego,. Awalnya sangat kaku, tapi aku kerja keras berusaha belajar untuk bisa. Pertemuan belajar pertama pun usai.
                Selang dua hari aku pun berangkat lagi, meskipun mau berangkat itu berat sekali sampai dalam fikiranku berangkat togak iki cah, soalnya tidak ada temannya, tapi rasa ingin belajar dan bisa itu mengalahkan semua itu, langsunng saja aku berangkat kesana, sesampai di sana temanku masih sholat isya, aku nunggu di atas masjid di lantai satu, lama aku menunggu, sholat isya nya sudah selesai, terus di lanjutkan dengan baca ratibul hadad, aku terus tunggu dia, ada teman yang aku tak tahu nama, aku pesani dia untuk bilang pada syihab kalo di tunggu temanmu di atas, temanku naik dia senyum sambil bilang katanya lupa,.. hehehe, gk popo, wes ayo belajar, belajarnya pun di mulai,.. begitu banyak pelajaran baru yang baru aku ketahui, yang sebelumnya sama sekali tidak tahu sekarang pun jadi tahu.
                Syukur alhamdulillah belajarnya lancar, dan untuk besok sudah mulai bawa kitab sendiri dan langsung di baca dan di maknai, selalu dalam do’aku memohon agar di lancarkan belajarku ini, karena aku ingin bisa.
                Beberapa hikmah yang dapat aku petik dari semua ini, kita harus berani, buang rasa malumu, kuatkan tekadmu, kobarkan semangat belajarmu, jangalah malu, di balik semua itu pasti ada kemudahan yang tuhan berikan,. “ meskipun kau merasa Bodoh, tapi janganlah kau berputus asa dari rahmad Allah, dan teruslah belajar “
Wassalammualaikum.,.,., ^_^

               
               

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda, Semoga Bermanfaat.. :) :D

Allah Karim

Asma ul Khusna

Diberdayakan oleh Blogger.

Postingan

Perangai

Sepercik Pemikiran

Jabir bin Samurah meriwayatkan, Betis Rasulullah kecil dan lembut (sesuai dengan postur tubuh beliau) Tawa Rasulullah adalah senyuman. Ketika saya memandang beliau, saya dapat menyatakan, ‘Kedua mata beliau sangat hitam, namun bukan disebabkan oleh celak’ (HR Tirmidzi, Ahmad dan Hakim)
Abdullah bin Harits bin Jaza’ meriwayatkan, Saya tidak pernah melihat seseorang yang lebih sering tersenyum daripada Rasulullah. (HR Tirmidzi dan Ahmad)
Allohumma Sholli Wa Sallim Wabarik Alaih